Analogi (memperhatikan hal-hal lain)
Analogi mengidentifikasikan hubungan kenyataan yang
mungkin di antara benda-benda yang mempunyai sifat khas yang diinginkan. Pada suatu saat anggapan bahwa model gotiklah yang tepat untuk gereja, akademi dan universitas; Doris Yunani adalah model yang serasi untuk bank, dan Basilik St. Peter adalah model yang serasi untuk gedung DPR.
mungkin di antara benda-benda yang mempunyai sifat khas yang diinginkan. Pada suatu saat anggapan bahwa model gotiklah yang tepat untuk gereja, akademi dan universitas; Doris Yunani adalah model yang serasi untuk bank, dan Basilik St. Peter adalah model yang serasi untuk gedung DPR.
2. Metafora (memperhatikan abstraksi-abstraksi)
Metaphora (kiasan) mengidentifikasi hubungan antara benda dengan objek yang dipandang. Perumpamaan adalah metaphora yang menggunakan kata-kata “seperti” atau “bagaimana” untuk mengungkapkan suatu hubungan metaphora dan perumpamaan mengidentifikasikan pola hubungan sejajar, sedangkan analogi mengidentifikasi hubungan kenyataan yang mungkin ditujukan untuk objek.
3. Hakikat-hakikat (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Hakikat menjaring dan memusatkan aspek persoalan-persoalan yang lebih rumit menjadi keterangan-keterangan yang gamblang dan ringkas. Hakikat mengandung pengertian-pengertian ke dalam aspek yang paling penting dan intrinsik termasuk benda yang dianalisa, suatu keterangan tentang hakikat sesuatu juga dapat merupakan hasil penemuan dan identifikasi, sesuatu juga dapat merupakan hasil penemuan dan identifikasi akar-akar suatu pokok persoalan.
4. Konsep Pragmatik (memperhatikan syarat-syarat yang dinyatakan)
Tidak semua konsep menangkap hakikat suatu proyek, tidak pula semua konsep melambangkan fungsi dan semua kegiatan dalam suatu bangunan. Konsep dapat dikembangkan sekitar persoalan-persoalan yang lebih pragmatis yang sering dengan gamblang diidentifikasi dalam program pembangunan sekaligus banyak arsitek membanggakan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah kliennya. Beberapa orang yang sesungguhnya menjadikan pendekatan pragmatis pemberi semangat yang kuat dan banyak perancang seenaknya menghindari, menggarap masalah yang ada sementara menjadi kreatif.
5. Cita-cita (memperlihatkan nilai-nilai umum)
Konsep yang ideal adalah konsep yang dibawa para arsitek kepada masalah bila para arsitek membawakan konsep yang tepat pada proyek, mereka dipuji karena keseriusannya. Bila pilihan mereka tidak tepat, ia menjadi prakonsepsi dan kewenangan dasarnya dipertanyakan. Konsep yang ideal mengemukakan aspirasi-aspirasi dan cita-cita tertinggi sang arsitek.
..... Selengkapnya - FILOSOFI : PERANCANGAN PERKANTORAN PADA ASPEK ARSITEKTUR
-
..... Selengkapnya - FILOSOFI : PERANCANGAN PERKANTORAN PADA ASPEK ARSITEKTUR
-
Komentar
Posting Komentar